Moderasi beragama perlu ditanamkan sejak dini kepada anak dimulai dari lingkungan keluarga. Sebagaimana diketahui bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan sehingga anak memiliki bekal untuk berinteraksi dengan masyarakat. Dengan demikian, orang tua memiliki peran penting dan bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama.
Relasi yang hangat antara orang tua dan anak dapat terbina melalui pola asuh yang demokratis dalam kegiatan sehari-hari seperti sikap mau mendengarkan, komunikasi yang efektif, saling tolong menolong dan saling menghargai. Pola asuh demokratis menghargai kebebasan anak, namun kebebasan tersebut tidak mutlak, orang tua memberikan bimbingan yang penuh pengertian kepada anak.
Dalam pola asuh demokratis ditandai dengan saling keterbukaan antara orang tua dan anak, aturan-aturan dibicarakan dan disepakati bersama, anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya. Sehingga melalui cara pengasuhan tersebut, anak akan belajar untuk saling menghargai, toleransi dan berempati.
Toleransi mutlak perlu dimiliki untuk menciptakan keharmonisan dan kedamaian ditengah masyarakat Indonesia yang multikultural. Toleransi merupakan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Dengan adanya sikap toleransi menciptakan rasa damai, aman, tentram dan nyaman. Menyikapi perbedaan yang ada, toleransi merupakan keharusan yang perlu dimiliki dan ditanamkan sejak dini kepada anak dimulai dari lingkungan keluarga.
Manfaat menumbuhkan toleransi untuk anak usia dini dalam keluarga, di antaranya mengajarkan pada anak untuk menerima orang lain apa adanya, menerima keadaan dirinya sendiri, seperti pertumbuhan fisiknya, menghargai dan memahami adanya perbedaan antar sesama anggota keluarga, memotivasi anak untuk memperlakukan orang lain sebagaimana dia ingin diperlakukan baik oleh orang lain, mengajarkan kepada anak, adanya toleransi akan menghadirkan kebersamaan dan rasa nyaman, mengajarkan kepada anak untuk bisa bekerjasama dengan baik serta melatih anak menahan diri untuk mengucapkan kata-kata tidak baik atau menyinggung perasaan orang lain. Lalu, bagaimana caranya menumbuhkan toleransi kepada anak?
Mengutip buku “Menumbuhkan Toleransi Anak Usia Dini” yang diterbitkan oleh Kemendikbud Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, terdapat 5 cara yang dapat orang tua lakukan untuk menumbuhkan toleransi kepada anak, yaitu:
- Memberi teladan kepada anak. Orang tua berperilaku baik terhadap sesama. Tidak mengekspresikan kemarahan dengan bermerilaku emosional, misalnya berteriak dan berkata kasar. Hukuman dan kemarahan yang emosional hanya akan membuat anak takut dan memberikan kenangan buruk yang dibawa sampai dewasa. Sebaliknya, perasaan nyaman, akan membuat anak terbuka dan siap belajar hal yang lebih baik.
- Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada anak. Saat anak melakukan kesalahan, tunjukan konsekuensinya, bukan dihukum, sebagai contoh jika anak menumpahkan air di gelas, dia diminta untuk membersihkan lantai yang basah dengan dibantu orang tua.
- Mengajarkan anak untuk menerima dan menghargai perbedaan yang ada di dalam keluarga. Orang tua tidak membanding-bandingkan anak dengan saudara atau anak lain yang membuat anak tidak percaya diri, misalnya membandingkan fisik, restasi dan penampilan. Tidak memaksa anak untuk selalu sependapat dengan orang tua atau anak lainnya.
- Memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan kegiatan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Berikan anak apresiasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Saat percaya diri muncul anak belajar bertoleransi, menghargai nilai-nilai yang dimiliki oleh diri dan orang lain.
- Menjawab dengan jujur bila anak bertanya mengenai perbedaan dirinya dengan orang lain.
Dengan menumbuhkan toleransi sejak dini kepada anak diharapkan sebagai bekal dalam memberikan pemahaman agama yang moderat. Dengan demikian, sebagai sebuah unit terkecil masyarakat, keluarga mempunyai kontribusi sangat penting dalam membangun tatanan bangsa yang beradab.
Penulis: Nisa’ul Izza
Editor: Suciyadi Ramdhani