Negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memiliki jutaan potensi keberagaman, baik itu dalam suku, agama, kepercayaan dan bahasa. Dengan potensi keberagaman yang besar, tidak memungkiri suatu kejadian luar biasa seperti fenomena “radikalisme” dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja.
Ketika mendengar term “radikal”, saya jadi teringat dengan fenomena elektron radikal, yang dikemukakan oleh Denham Harman (1992): Free radical Theory of Aging. Semua kerusakan sel disebabkan oleh radikal bebas.
Suatu senyawa kimia yang berisi elektron yang tidak berpasangan yang disebut “si radikal”, sehingga memaksa “merebut” pasangan elektron senyawa lainnya. Radikal bebas ini juga dapat merusak kromosom (DNA), suatu mesin genetik yang berperan penting dalam inti sel.
Dalam akumulasi yang berlebih, hal ini dapat menjadi penyebab mutasi sel, singkatnya sel tersebut akan berubah menjadi tidak patuh terhadap “aturan” dan menjadi sel kanker. Kanker ini mirip dengan membentuk suatu daerah otonomi baru di dalam tubuh manusia, dia tidak mau mati, dan bahkan bisa berpindah ke lokasi lainnya.
Kalau sudah parah, fase metastasis, pembedahan tidak lagi bisa menghentikannya, terjadi kerusakan sistemik seperti menyebar ke otak, paru dan organ vital lainnya sehingga menyebabkan gagal fungsi organ.
Dalam konteks beragama, kerukunan umat dapat dianalogikan dengan menjaga kesehatan tubuh manusia. Analogi ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan yang sehat antara berbagai keyakinan, dan bagaimana ketidakseimbangan dapat menyebabkan munculnya radikalisme yang berbahaya.
Masyarakat terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, seperti tubuh manusia yang terdiri dari banyak sel dan sistem yang bekerja sama. Ketika sel-sel tubuh bekerja sama dalam keseimbangan, tubuh tetap sehat. Begitu pula, ketika berbagai kelompok agama hidup bersama dalam harmoni, masyarakat akan tetap damai dan stabil.
Ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-Hujurat, Ayat 13,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,”
Ayat di atas mengingatkan kita akan pentingnya saling mengenal dan menghormati satu sama lain dalam keragaman.
Penulis: Azmi Azhari (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Editor: Suciyadi Ramdhani