Kepribadian berasal dari bahasa Yunani-kuno prosopon atau persona yang artinya “topeng”, yang biasa dipakai artis dalam teater. Menurut Alwisol (dalam Hasanah, 2015:111), konsep awal dari pengertian personality adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Dalam Islam, kepribadian tidak bisa lepas dari akhlak seseorang, bahkan kepribadian seringkali disamakan dengan akhlak. Salah satu cara membina akhlak seorang yang baik adalah menghidupkan sunnah-sunnah harian Rasul, yang merupakan figur sentral bagi seluruh umat.
Setiap muslim dituntut untuk meneladani dan melaksanakan setiap ajarannya, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah maupun akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Keseluruhan ajaran tersebut tertuang di dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadis.
Menurut Marimba (dalam Nurbaya, 2012:12) aspek kepribadian dapat digolongkan dalam 3 hal:
a. Aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara, dan sebagainya.
b. Aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan kebutuhan dari luar misalnya: cara-caranya berpikir, sikap dan minat.
c. Aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.
Jalaluddin dan Usman Said (dalam Nurbaya: 2012:13) menjelaskan bahwa, pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi:
a) Aspek idil, bersumber dari ajaran wahyu.
b) Aspek materil, berupa pedoman dan ajaran yang terangkum dalam materi bagi pembentukan akhlak.
c) Aspek sosial menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia.
d) Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditunjukkan pada pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
e) Aspek ideologis (tujuan), pembentukan kepbribadian muslim mempunyai tujuan yang jelas.
f) Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal dunia.
g) Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim didasarkan atas penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda.
Menghidupkan sunnah-sunnah harian rasul merupakan implementasi diri atas penciptaan rasul sebagai suri teladan yang baik bagi manusia. Sunnah menurut al-Furaih (2015:18), yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasul; baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, sifat fisik, atau sifat perangainya.
Terdapat beberapa sunnah rasul yang dapat diamalkan oleh umat manusia dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
a) Puasa Sunnah,
b) Salat Dhuha,
c) Membaca Al-Qur’an,
d) Bersedekah,
e) Amalan sebelum tidur, tidur dapat bernilai pahala dan mendapat rida Allah Swt, jika sebelum tidur mengamalkan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Amalan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw adalah,
(1) berwudu sebelum tidur;
(2) mengibas kasur sebelum tidur;
(3) membaca doa sebelum tidur;
(4) membaca ayat kursi sebelum tidur;
(5) membaca surat pendek sebelum tidur;
(6) menyegerakan tidur setelah salat Isya;
f) Qiyamul Lail,
g) Zikir pagi;
h) Salat sunnah rawatib,
i) Salat berjamaah;
j) Menjaga wudu.
Dampak menjalankan sunnah, yaitu:
a) Mendapatkan kecintaan Allah Swt
b) Mendapat kesertaan Allah Swt
c) Doanya mudah dikabulkan
d) Melengkapi amalan-amalan fardhu
e) Hati menjadi hidup.
Dengan menghidupkan sunnah-sunnah harian rasul, seorang Muslim selain akan terbina menjadi akhlak dan pribadi yang terpuji, juga akan menerima dampak positif.
Penulis: Nanin Sumiarni (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Editor: Suciyadi Ramdhani