Kebersamaan dalam perbedaan adalah lebih indah dari pada memaksakan sesama kita untuk memiliki keyakinan yang sama, tapi Tuhan dikesampingkan, hanya untuk memuaskan ego kita. Dalam kebersamaan, harus ada upaya untuk saling menghargai antar sesama.
Tidak bisa ada unsur merasa benar sendiri, atau memaksakan kehendak kita terhadap orang lain. Dalam kebersamaan tidak pernah mempermasalahkan perbedaan. Justru sebaliknya, dalam kebersamaan selalu mengedepankan persamaan.
Negeri kita Indonesia merupakan negeri yang penuh dengan keberagaman. Berbagai suku dengan banyak karakter dan keberagaman agama, ada di negeri ini. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pilihan jalan hidup kepada manusia dalam urusan keyakinan dan agama. Karena itu keberagaman agama menjadi kenyataan yang harus diterima, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad), “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 1-6).
Menurut Kementerian Agama (Kemenag), pesan yang terkandung dalam surat Al -Kafirun ayat 1-6 dapat disimpulkan menjadi tiga poin utama. Berikut adalah inti dari poin-poin tersebut:
1. Allah Swt. ingin menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sifat Tuhan yang disembah oleh umat Nabi Muhammad Saw. dan Tuhan yang disembah oleh orang-orang kafir. Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak memiliki anak maupun diperanakkan.
2. Terkait dengan perbedaan sifat Tuhan yang disembah oleh umat Nabi Muhammad Saw. dan Tuhan yang disembah oleh orang-orang kafir tersebut, hal ini juga menjelaskan adanya perbedaan dalam pelaksanaan ibadah.
3. Melalui surat Al-Kafirun, Allah Swt. menekankan pentingnya toleransi antar umat beragama. Ini dilakukan dengan menjalankan ibadah sesuai dengan aturan agama masing-masing tanpa mencampuradukkan urusan antara keduanya.
Kemudian, walaupun kita berbeda prinsip dalam hal keyakinan, tapi hal itu jangan mensurutkan kita untuk saling toleransi dan saling menghargai. Nah, Saling menghargai dalam perbedaan ini, sekilas memang terlihat sepele. Namun faktanya terlihat sulit, jika kita sudah dikendalikan oleh ego dan kebencian.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, generasi muda sering menunjukkan ego pribadi dan berujung pada tindak kekerasan. Ironisnya, ego dan kekerasan itu selalu dibungkus dengan unsur agama. Mereka adalah kelompok radikal dan teroris. Mereka merasa paling benar karena berjuang di jalan Allah. Padahal faktanya, mereka justru seringkali melakukan tindak kekerasan, bahkan aksi bom bunuh diri.
Maka dari hal itu, Mulai saat ini dan seterusnya untuk terus mengedepankan toleransi dalam perbedaan keyakinan. Hal ini penting, agar bisa menjadi filter, dalam menghadapi maraknya propaganda kelompok radikal. Mari kita ukir kebersamaan kita, dengan siapa saja dan dimana saja, tanpa kebencian dan kekerasan. Mari wujudkan kebersamaan, dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan.
Penulis: Maemunah
Editor: Suciyadi Ramdhani