Tujuh Amalan Malam Nisfu Sya’ban

Malam Nisfu Sya’ban merupakan salah satu malam yang istimewa untuk memperbanyak beberapa amalan ibadah yang disunnahkan untuk manusia pada catatan amal barunya.

Pada Malam Nisfu Sya’ban, Allah Swt. memberikan pengampunan kepada mereka yang meminta ampunan kepada-Nya.

Oleh karenanya, tidak heran para manusia berlomba-lomba untuk membuka catatan amalan barunya dengan amalan yang terdapat dalam Malam Nisfu Sya’ban.

Berikut tujuh amalan malam Nisfu Sya’ban yang bisa dilakukan.

  1. Memperbanyak doa

Seperti dalam hadis riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء

Artinya, “(Rahmat) Allah swt turun ke bumi pada malam Nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan).” (HR al-Baihaqi).

  1. Memperbanyak membaca dua kalimat syahadat

Tak hanya memperbanyak doa,salah satu amalan malam Nisfu Sya’ban yaitu memperbanyak membaca dua kalimat syahadat.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi dalam kitab Ithmi’nânul Qulûb Bidzikri ‘Allâmil Ghuyûb bahwa “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”

  1. Memperbanyak istighfar (memohon ampunan)

Manusia tak luput dari yang namanya dosa.
Kendati demikian, Allah Swt. senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun.

Apalagi di malam Nisfu Sya’ban catatan amalan manusia akan dilaporkan kepada Allah Swt. dan diberikan catatan amalan baru.

Sayyid Muhammad bin Alawi dalam Ithmi’nânul Qulûb menjelaskan bahwa “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya”.

  1. Melakukan ibadah puasa

Dalam hadis riwayat Ibnu Majah dalam As-Sunan dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman mengungkapkan Rasulullah SAW memberikan saran kepada Muslim untuk berpuasa ketika Nisfu Sya’ban.

Puasa ini dikategorikan sebagai puasa sunnah.

“Apabila tiba malam Nisfu Sya’ban, maka hidupkan malamnya dan berpuasalah di siang harinya.”

  1. Menjalankan Salat Sunah

Amalan selanjutnya yakni menjalankan ibadah salat Sunnah, seperti salat hajat, salat taubat, dan salat tasbih.

  1. Membaca Surah Yasin 3x

Dalam kitab Mujribat yang dikarang oleh Ad-Dairaby bahwa terdapat amalan di malam Nisfu Sya’ban yaitu membaca surat yasin 3 kali dengan niat:

Yasin Pertama = Niat agar dipanjangkan umur dalam taat.

Yasin Kedua = Niat agar dikarunia rizki dhohir dan batin yang halal, berkah, dan manfaat.

Yasin Ketiga = Niat agar dihadiahi kematian husnul khotimah dan kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat.

وقال العلامة الديربي في “مجرباته” (ومن خواص “سورة يس” –كما قال بعضهم- أن تقرأها ليلة النصف من شعبان “ثلاث مرات”: الأولى بنية طول العمر، والثانية بنية دفع البلاء، والثالث بنية الإستغناء عن الناس.

“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al-Buni dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Syaikh Muhammad bin Darwisy, Asná al-Mathálib, 234)

  1. Membacakan doa Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam menutup rangkaian amalan di malam Nisfu Sya’ban.

Adapun doa yang dipanjatkan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jilani sebagai berikut:

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ وَمَوَالِيْ النِّعْمَةِ، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ. وَلَا تَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ وَلَا عَلَى غَفْلَةٍ، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ أَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنِّيْ، فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِيْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّالِممِيْنَ، اللهم اغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَنْفَعُكَ، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ، اَلْبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ، فَأَعْطِنِي السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ وَالصصِّحَّةَ وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَاةَ، وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ، وَعَلَى أَوْلِيَائِيْ فِيْكَ، وَأَعْطِنِي الْيُسْرَ، وَلَا تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ، وَأَععِمَّ بِذَلِكَ أَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَإِخْوَانِيْ فِيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

“Ya Allah limpahkan rahmat ta’dhim-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, lampu-lampu hikmah, tuan-tuan nikmat, sumber-sumber penjagaan. Jagalah aku dari segala keburukan lantaran mereka, janganlah engkau hukum aku atas kelengahan dan kelalaian, janganlah engkau jadikan akhir urusanku suatu kerugian dan penyesalan, ridhailah aku, sesungguhnya ampunanMu untuk orang-orang zhalim dan aku termasuk dari mereka, ya Allah ampunilah bagiku dosa yang tidak merugikanMu, berilah aku anugerah yang tidak memberi manfaat kepadaMu, sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu indah, berilah aku kelapangan, ketenangan, keamanan, kesehatan, syukur, perlindungan (dari segala penyakit) dan ketakwaan. Tuangkanlah kesabaran dan kejujuran kepadaku, kepada kekasih-kekasihku karena-Mu, berilah aku kemudahan dan janganlah jadikan bersamanya kesulitan, liputilah dengan karunia-karunia tersebut kepada keluargaku, anaku, saudar-saudaraku karena-Mu dan para orang tua yang melahirkanku dari kaum muslimin muslimat, serta kaum mukiminin dan mukminat.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 249)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *