Ramadan dan Kesalehan Sosial

Ilustrasi kemuliaan bulan suci Ramadan (Freepik.com)

Bulan Ramadan 1444 H adalah bulan yang mulia dan penuh ampunan, maghfiroh dari Allah Swt. Umat Islam diwajibkan melakukan puasa sebulan penuh lamanya.

Pada momentum bulan Ramadan ini sangat tepat bagi umat Islam untuk selalu memperbaiki keimanan yang sedang kering. Agama tanpa iman seolah menjadi tak bermakna.  

Oleh karena itu, nilai-nilai ajaran Islam di dalam bulan suci Ramadan ini harus secara penuh diimplementasikan dalam kehidupan umat Islam dengan cara beriman kepada Allah Swt. Sehingga keimanan dan ketakwaaan yang menjadi fundamental dasar itu dapat membangun perekonomian dan peradaban umat Islam.

Ritual ibadah puasa merupakan langkah konstruktif dalam melakukan pengalaman religius untuk membangun kesadaran religius dan kesadaran sosial sebagai upaya membangkitkan gairah ketakwaan kepada Allah Swt. Adapun langkah kontruktif tersebut, yaitu pertama, dengan cara berpuasa sebulan penuh. Umat Islam bisa melatih diri untuk menahan dorongan survival manusia yang paling dasar, dan kemudian memperoleh pengalaman religius. Umat Islam diharamkan memakan dan minum dari hasil uang korupsi.

Berbagai tradisi religius di dunia memiliki ragam tradisi puasa yang juga berbeda. Akan tetapi, esensi dari semuanya itu manusia harus dapat berkorban untuk mencapai kebahagiaan yang paling otentik, yakni pengalaman mistik bersatu dengan Tuhan, melainkan juga berkorban untuk membangun kemanusiaan, saling tolong menolong, dan membantu warganya yang membutuhkan pertolongan, serta bantuan sembako kepada yang miskin.

Kedua, untuk mencapai kedekatan diri kepada Tuhan, umat Islam bisa melakukan sebuh ritual individu yakni mengurangi tidur. Dengan mengurangi tidur itu umat Islam sama saja dengan melakukan pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran dan perilaku manusia yang jahat dalam diri manusia sebagai tindakan untuk menuju yang suci dan transendental untuk lebih dekat kepada Allah Swt.

Puasa adalah suatu proses perenungan (reflection) untuk mampu memilah-milah mana sesuatu yang benar maupun salah, melainkan mampu menggunakan waktunya untuk kebaikan antarsesama manusia dan untuk beribadah kepada Allah Swt.

Umat Islam dituntut untuk melakukan perubahan dari mental-mental yang suka menyebarkan kebencian, suka membuat fitnah, suka mengkorupsi uang negara, mental melakukan penyimpangan kekuasaan, dan menyalahgunakan amanah dan tanggung jawabnya sebagai pejabat publik.

Dengan demikian, pemimpin nasional bangsa Indonesia pada bulan Ramadan ini sudah seharusnya mampu membangun revolusi mental, mentalitas kemanusiaan membantu yang lemah, mentalitas pejabat publik harus mencerminkan keteladanan yang baik juga memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, umat Islam harus memanfaatkan betul, momentum bulan Ramadan ini untuk memperbaiki mentalitas diri, membersihkan jiwa dari sifat hoax, sifat suka memfitnah, sifat yang kotor dan selalu melaksanakan ibadah puasa dengan penuh kebaikan, kesempurnaan, dan keikhlasan untuk mencapai rida-Nya, serta selalu mendekatkan diri pada-Nya agar ibadah puasa kita nantinya diterima Allah Swt. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *