Al-Khudary dalam Tarikh Tasyri menyatakan bahwa Al-Qur’an itu turun dari permulaannya sampai akhirnya dalam tempo dua puluh dua tahun dua bulan dan dua puluh dua hari, yaitu dari malam tujuh belas Ramadhan Tahun ke-41 kelahiran Nabi sampai dengan 9 dzulhijah tahun ke-10 hijriah atau tahun ke-63 kelahiran Nabi.
Kitab suci al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi umat manusia pada malam qodar. Sebagaimana dalam Qs. Al-Qodar ayat 4 berikut:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (al-Qur’an) pada malam qodr”
Menurut banyak sumber, termasuk pendapat Ath-Tabrani dari Ibnu Abbas bahwa Al-Qur’an diturunkan pertama secara menyeluruh ke langit dunia pada malam Qodar, kemudian dari sana al-Qur’an turun secara berangsur kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
Kitab-kitab suci yang diturunkan kepada Nabi sebelumnya itu secara langsung tanpa bercerai berai. Namun al-Qur’an sebagai kitab penutup turun secara mutawatir (berangsur) yang tentu saja menyimpan hikmah yang luas. TM Hasbi Ash Shidiqy mengatakan beberapa hikmah diturunkannya al-Qur’an secara mutawatir yaitu dijawab oleh Allah sendiri dalam Qs. Al-Furqan ayat 32
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا
“Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar). “
Kalamullah yang diturunkan pada setiap waktu yang pasti memiliki kejadian, maka akan teguh hati orang yang menerimanya dan mereka tidak akan merasa jemu. Demikian pula malaikat Jibril yang berulang mengunjungi Nabi SAW dalam berbagai kondisi akan memberikan kegembiraan dan pelajaran berharga bagi setiap kondisi. Hal tersebut juga menjadikan yang Nabi SAW selalu murah hatinya di bulan ramadhan karena sering dikunjungi malaikat Jibril.
Selain itu, makna kalimat “agar Kami memperteguh hatimu” ialah agar Nabi SAW dapat menghapalkannya. Kita tahu bahwa Nabi SAW merupakan seorang yang ummi tidak dapat membaca dan menulis, maka turunnya al-Qur’an secara berangsur agar Nabi mudah menghapalkannya.
Penulis: Maemunah
Editor: Suciyadi Ramdhani